Selasa, 31 Desember 2013

Mengedit Foto dengan Menggunakan Photoshop (Bag II)


            Mengedit Foto Bangunan


                             Before





                               After

 

Mengedit Foto dengan Menggunakan Photoshop (Bag I)


 
                Digital Make Up


                             
        Before                                    After


Selasa, 17 Desember 2013

Brain Based Learning

Brain Based Learning

1.   Cara Kerja Otak
Lobus frontal menahan banyak data baru dalam memori jangka pendek selama 5 sampai 20 detik.Informasi ini disaring, dilepaskan, dan tidak pernah disimpan.Mungkin ini adalah informasi yang dianggap tidak relevan, sepele, atau tidak cukup memaksa. Jika informasi ini dianggap penting, informasi ini disalurkan dan disimpan dalam hipokampus, dua struktur berbentuk sabit dalam area otak tengah (midbrain)
Jika pembelajaran baru dianggap penting, maka diorganisasikan dan diindeks oleh hipokampus dan kemudiann disimpan dalam korteks.Korteks berupa kerutan yang menyerupai kulit kayu sebesar seperempat inci yang meliputi otak. Informasi tersebut disimpan dalam lobus yang sama yang mula-mula mengolahnya-informasi visual disimpan dalam lobus occipital, bahasa dalam lobus temporal, dan seterusnya. Pengolahan awal berlangsung secepat kilat,tetapi tahap berikutnya dan proses penyimpanan dapat berlangsung berjam-jam, berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
Laterisasi relatif (relative lateralization) bermakna bahwa otak dirancang untuk memproses secara spasial dari dari hemisfer kiri ke kanan, tetapi ia memproses waktu (masa lampau ke masa depan) dari belakang ke depan. Riset terbaru mengemukakan bahwa gender, kedudukan, dan handedness (kidal atau tidak) dapat juga memengaruhi  laterisasi.
Pembelajar yang dominan otak kiri lebih sering:
·      Menyukai hal-hal dalam urutan;
·      Belajar paling baik dari bagian-bagian ke keseluruhan;
·      Lebih menyukai sistem membaca fonetik;
·      Menyukai kata-kata, simbol, dan huruf-huruf;
·      Bukan membaca tentang sebua topik terlebih dahulu;
·      Ingin mengumpulkan informasi faktual terkait;
·      Lebih menyukai instruksi-instruksi yang dirinci secara urut;
·      Mengalami fokus yang lebih internal;
·      Menginginkan struktur dan prediktibilitas.
Pembelajar yang dominan otak kanan lebih sering:
·      Lebih nyaman dengan hal-hal yang acak;
·      Belajar lebih baik dari keseluruhan ke bagian-bagian;
·      Lebih menyukai sistem membaca keseluruhan-bahasa;
·      Menyukai gambar, grafik, dan bagan;
·      Bukan melihat atau mengalami sebuah subjek terlebih dahuulu;
·      Ingin mengumpulkan informasi tentang relasi di antara berbagai hal;
·      Lebih menyukai lingkungan belajar yang spontan, mengalir mengikuti arus;
·      Mengalami fokus yang lebih eksternal;
·      Menginginkan pendekatan yang terbuka, hal-hal yang baru dan kejutan.
Pengertian bahwa satu sisi otak adalah logis dan sisi lainnya kreatif itu sudah kuno.Kita dapat sangat kreatif dengan mengikuti dan menggunakan urutan logika, pola, dan variasi.Misalkan musik.Para periset menemukan bahwa musisi umumnya mengolah musik pada tingkatan yang lebih besar dalam hemisfer kiri, sementara nonmusisi memprosesnya lebih banyak mempelajarinya di hemisfer kanan.Paradoks ini menunjuk pada kompleksitas fungsi otak kita.Dalam kasus ini, karena musisi cenderung menganalisis musik seperti banyak dilakukan musisi baru, keterlibatan hemisfer kiri mereka sebenarnya satu tingkat lebih tinggi. Para periset juga menyatakan bahwa hemisfer kanan lebih diaktivasikan ketika siswa merasa depresi atau stres, walaupun ada beberapa pengecualian yang terkait dengan gender, dan handedness. Ketika siswa merasakan optimis yang sehat tentang kehidupan masa depan, maka hemisfer kiri yang lebih terlibat.
Hellige (Jensen, 2011 : 27) berpendapat bahwa level aktivasi dari hemisfer kanan menetapkan apakah pengalaman emosional itu positif atau negatif. Terlalu banyak  keterlibatan hemisfer kanan dapat mengakibatkan pengalaman emosional yang negatif, sementara keterlibatan yang jauh lebih kecil berkorelasi dengan pengalaman emosional yang positif. Ini menyiratkan bahwa aktivasi heimisfer kiri merupakan suatu luapan dari aktivasi hemisfer kanan.
Sisi kanan otak dapat mengintuisikan banyak hal logis.Menggambar, menyusun, dan melukis mungkin terlihat seperi aktivitas hemisfer kanan, namun para seniman menunjukkan aktivasi bilateral.Dalam merencanakan artwork, mereka mengikuti logika mereka sendiri dan mengatur bentuk, warna, dan suara.
Riset otak terkini memberitahu kita bahwa kita pada umumnya menggunakan kedua sisi otak pada kebanyakan waktu.Untuk memastikan pembelajaran berlangsung secara optimal, kita memfasilitasi aktivitas pembelajaran yang mencakup kekuatan dari kedua hemisfer.Idealnya usaha kita harus difokuskan pada pembelajaran keseluruhan otak.
Kita memiliki tinggi rendahnya perhatian sepanjang hari.Salah satu siklus penting otak adalah sekitar 90 menit.Hemisfer kiri dan kanan pada otak menggantikan siklus efisiensi (dari spasial tinggi/verbal rendah sampai spasial rendah/verbal tinggi) setiap 90 sampai 100 menit. Dengan kata lain, siswa beralih dari dominasi otak kanan ke otak kiri 16 kali sepanjang hari. Secara alamiah, guru akan lebih kooperatif dan memahami kapan mereka bekerja dengan siswa pada puncak siklus mereka. Periode rendah alamiah sering berbarengan dengan periode rendahnya guru, yang dapat menjadi baik atau buruk tergantung pada apakah guru sadar akan situasi itu. Oleh karena itu pembelajaran itu paling baik bila terfokus, terdifusi, dan kemudian terfokus lagi.Pembelajaran yang terus terfokus itu semakin tidak efisien.

2.  Brain Based Learning
Setiap manusia memiliki otak dengan potensi yang sama luar biasanya, namun setiap orang menjadi berbeda bergantung pada bagaimana orang tersebut mengoptimalkan otaknya. Agar otak optimal diperlukan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan struktur dan cara kerja otak diantaranya brain based learning.
Brain based learning adalah suatu model pembelajaran yang berasal dari satu pemahaman tentang otak. Brain based learning merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada struktur dan cara kerja otak dirancang secara alamiah untuk belajar. Pembelajaran ini mempertimbangkan bagaimana otak belajar dengan optimal (Jensen, 2011 : 5-6).
Adapun prinsip-prinsip brain based learning menurut Caine dan Caine (Rehman dan Bokhari, 2011: 355) adalah:
a.    Otak adalah prosesor pararel;
b.   Belajar melibatkan seluruh alat tubuh;
c.    Pencarian makna adalah bawaan;
d.   Pencarian makna terjadi melalui pembuatan pola;
e.    Setiap otak memproses keseluruhan dan bagian-bagian secara serentak;
f.    Emosi sangat penting untuk pembuatan pola;
g.   Belajar melibatkan baik pemusatan perhatian maupun persepsi sekeliling;
h.   Belajar selalu melibatkan baik proses sadar maupun tak sadar;
i.     Kita memiliki (paling sedikit) dua jenis sistem memori, yaitu spasial dan hafalan;
j.     Otak mengerti dan memngingat paling baik ketika fakta-fakta dan keterampilan tertanam dalam memori secara alami;
k.   Pembelajaran ditingkatkan oleh tantangan dan dihambat oleh ancaman;
l.     Setiap otak adalah unik.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan prinsip brain based learning karena akan sangat berpengaruh pada proses pembelajaran, yaitu:
1.   Gerakan fisik
Gerakan fisik bisa melakukan beberapa hal untuk otak.Pertama, meningkatkan sirkulasi sehingga saraf-saraf bisa mendapatkan lebih banyak nutrisi dan oksigen.Kedua, bisa memacu produksi faktor pertumbuhan saraf, hormon yang meningkatkan fungsi otak.Ketiga, gerakan repetitifgross motor dapat merangsang produksi dopamin, salah satuneurotransmiter yang meningkatkan suasana hati (mood).Bila dilakukan dalam jumlah yang memadai gerakan fisik dapat meningkatkan produksi sel baru di otak (Jensen, 2011: 50).Sehingga gerakan fisik memang diperlukan dalam pembelajaran.Kegiatan pembelajaran sebaiknya bukan hanya duduk dan mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru saja.
2.   Relaksasi
Dalam sebuah studi yangdilakukan pada Stanford University’s School of Medicine, para periset menetapkan bahwa satu kursus pelatihan memori itu lebih efektif bila siswa-siswa dalam keadaan rileks (Jensen, 2011: 68). Untuk mmendapatkan kinerja otak terbaik, perlu ada istirahat.Jeda untuk melakukan istirahat ini tidak perlu dilakukan dalam waktu yang lama, cukup beberapa menit untuk menghilangkanketegangan atau stres dalam kegiatan pembelajaran.Menurut Jensen (2011: 68) pembelajar yang hidup di bawah beberapa jenis stres, kecemasan atau berada terus menerus berada dalam ancaman atau tidak mendapatkan istirahatotak yang dibutuhkan untuk fungsi optimal berakibat pada pembelajaran dan pemikiran yang menjadi lemah.Oleh karena itu, pada saat pembelajaran di kelas, sebaiknya diberikan waktu kepada siswa untuk melakukan relaksasi agar mereka merasa nyaman dan tidak jenuh sehingga diharapkan otak mereka bekerja secara optimal.
3.   Lingkungan
Kondisi lingkungan mempengaruhi proses pembelajaran. Otak menyerap informasi dari lingkungan sekeliling, baik pada level sadar maupun tidak sadar. Otak memprioritaskan rangsangan seperti pencahayaan, unsur-unsur dekoratif, suara dan bau.Penerangan di dalam kelas harus cukup terang tetapi tidak menyilaukan. Selain itu, sirkulasi udara di kelas juga harus baik agar terdapat cukup oksigen untuk pasokan  ke dalam otak setiap siswa dan juga guru. Unsur-unsur ini harus dipertimbangkan dalam perencanaan lingkungan pembelajaranyang optimal. Hanya dengan instruksi langsung, ingatan akan cepat merosot, tetapi dengan tambahan lingkungan sekitar, bisa dihasilkan ingatan tanpa perlu banyak usaha dan bertahan lama (Jensen, 2011: 77).
4.   Musik
Musik mendatangkan tanggapan emosional, mendorong keadaan reseptif atau agresif dan merangsang sistem limbik.Sistem limbik dan wilayah subkortikal dari otak terlibat dalam mendorong respon musikal dan emosional dan juga memediasikan memori jangka panjang. Ini berarti bahwa ketika informasi diberi imbuhan musik, ada kemungkinan lebih besar bahwa otak akan mengkodefikasinya dalam memori jangka panjang (Jensen, 2011: 102).
        Riset terbaru mengemukakan bahwa musik menjadi alat yang hebat dalam membangun kekuatan penalaran, memori dan intelegensi. Guru dapat menggunakan musik untuk membantu siswa melakukan pendinginan atau pemanasan, menandai satu momen atau  kesempatan penting atau melakukan penyemangat. Musik juga dapat meningkatkan kenyamanan siswa dan memberikan rasa bahwa ruang kelas mereka adalah tempat yang menyenangkan (Jensen, 2011: 103).
5.   Emosi
Menurut Jensen (2011: 109-110) kemampuan berpikir sangat tergantung pada suasana hati dan keadaan emosional.Siswa belajar paling baik ketika pikiran, hati, dan tubuh mereka terlibat.Pengaruh emosi terhadap perilaku itu besar.Emosi yang baik membuat otak lebihteraktivasi dan terstimulus secara kimia yang membantu untuk mengingat segala sesuatu secara lebih baik.
6.   Nutrisi
Otak mempunyai proporsi seperempatpuluh dari total berat tubuh orang dewasa. Namun demikian, ia menggunakan kira-kira seperlima sirkulasi darah, seperlima pasokan glukosa yang tersedia dan seperlima oksigen yang kita hirup (Stemberg, 2008: 51).oleh karena itu, guru perlu menanamkan kesadaran  kepada siswa agar mereka senantiasa memperhatikan asupan nutrisi tubuh mereka. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan air, siswa sebaiknya memiliki akses air minum selama pembelajaran. Siswa bisa membawa botol air minum ke kelas dan minum selama proses pembelajaran.
7.   Motivasi
Semua orang memiliki dua sumber motivasi yang berbeda, yaitu yang timbul dari dalam (intrinsik) dan yang didorong dari luar (ekstrinsik).Siswa memiliki mekanisme motivasi yang sudah tertanam yang tidak menuntutmasukan atau manipulasi guru supaya bisa berfungsi.Jika guru menggunakan motivasi dan keingintahuan alamiah mereka, diharapkan siswa dapat belajar lebih baik dan lebih menyenangkan (Jensen, 2011: 161).
8.   Pilihan
Menawarkan pilihan kepada siswa dapat mempengaruhi keterlibatan mereka secara keseluruhan dan pemahaman tentang materi.Misalnya siswa diberikan kebebasan untuk memilih teman dalam kelompok.
Adapun tahap-tahap pembelajaran berdasarkan prinsip brain based learning  menurut Jensen (2011 : 296-299) adalah sebagai berikut:
1.   Pra-paparan
Tahap ini memberikan kepada otak suatu tinjauan atas pembelajaran baru.sebelum benar-benar digali.Pra-paparan membantu otak mengembangkan petakonseptual yang baik.
2.   Persiapan
Ini adalah tahap dimana guru menciptakan keingintahuan atau kegembiraan.
3.   Inisiasi dan akuisisi
Guru memberikan proyek yang memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuandan pemahaman tentang suatu materi pelajaran berdasarkan pengalaman belajar yang mereka alami sendiri.
4.   Elaborasi
Ini merupakan tahap pengolahan yang menuntut pemikiran.Tahap ini merupakan waktu dimana pembelajaran menjadi bermakna.
5.   Inkubasi dan pengkodean memori
Tahap ini menekankan pentingnya waktu tanpa kegiatan (downtime) dan waktu tinjauan.
6.   Verifikasi dan pengecekkan kepercayaan.
Pada tahap ini siswa dievaluasi mengenai materi yang telah dipelajari dan kemudian siswa menuliskanpendapat mereka tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan.
7.   Selebrasi dan integrasi.
Pada tahap ini sangatlah penting untuk melibatkan emosi.Suasana harus dibuat menyenangkan, ceria dan menggembirakan.
Menurut Sapa’at (2009) ada tiga strategi utama yang dapat dikembangkan dalam implementasi brain based learning, yaitu:
1.      Menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa. Dalam setiap kegiatan pembelajaran, sering-seringlah guru memberikan soal-soal materi pembelajaran yang memicu kemampuan berpikir siswa.
2.      Menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan. Hindarilah situasi pembelajaranyang membuat siswa merasa tidak nyamandan tidak senang terlibat di dalamnya..
3.      Menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa. Siswa sebagai pembelajar dirangsangmelalui kegiatan pembelajaran untuk dapat membangun pengetahuan mereka melalui proses belajar aktif yang mereka lakukan sendiri.