Brain Based Learning
1.
Cara Kerja Otak
Lobus frontal
menahan banyak data baru dalam memori jangka pendek selama 5 sampai 20
detik.Informasi ini disaring, dilepaskan, dan tidak pernah disimpan.Mungkin ini
adalah informasi yang dianggap tidak relevan, sepele, atau tidak cukup memaksa.
Jika informasi ini dianggap penting, informasi ini disalurkan dan disimpan
dalam hipokampus, dua struktur berbentuk sabit dalam area otak tengah (midbrain)
Jika
pembelajaran baru dianggap penting, maka diorganisasikan dan diindeks oleh
hipokampus dan kemudiann disimpan dalam korteks.Korteks berupa kerutan yang
menyerupai kulit kayu sebesar seperempat inci yang meliputi otak. Informasi
tersebut disimpan dalam lobus yang sama yang mula-mula mengolahnya-informasi
visual disimpan dalam lobus occipital, bahasa dalam lobus temporal, dan
seterusnya. Pengolahan awal berlangsung secepat kilat,tetapi tahap berikutnya
dan proses penyimpanan dapat berlangsung berjam-jam, berhari-hari bahkan
berminggu-minggu.
Laterisasi
relatif (relative lateralization)
bermakna bahwa otak dirancang untuk memproses secara spasial dari dari hemisfer
kiri ke kanan, tetapi ia memproses waktu (masa lampau ke masa depan) dari
belakang ke depan. Riset terbaru mengemukakan bahwa gender, kedudukan, dan handedness (kidal atau tidak) dapat juga
memengaruhi laterisasi.
Pembelajar yang dominan
otak kiri lebih sering:
·
Menyukai hal-hal dalam
urutan;
·
Belajar paling baik
dari bagian-bagian ke keseluruhan;
·
Lebih menyukai sistem
membaca fonetik;
·
Menyukai kata-kata,
simbol, dan huruf-huruf;
·
Bukan membaca tentang
sebua topik terlebih dahulu;
·
Ingin mengumpulkan
informasi faktual terkait;
·
Lebih menyukai
instruksi-instruksi yang dirinci secara urut;
·
Mengalami fokus yang
lebih internal;
·
Menginginkan struktur
dan prediktibilitas.
Pembelajar yang dominan otak kanan
lebih sering:
·
Lebih nyaman dengan
hal-hal yang acak;
·
Belajar lebih baik dari
keseluruhan ke bagian-bagian;
·
Lebih menyukai sistem
membaca keseluruhan-bahasa;
·
Menyukai gambar,
grafik, dan bagan;
·
Bukan melihat atau
mengalami sebuah subjek terlebih dahuulu;
·
Ingin mengumpulkan
informasi tentang relasi di antara berbagai hal;
·
Lebih menyukai
lingkungan belajar yang spontan, mengalir mengikuti arus;
·
Mengalami fokus yang
lebih eksternal;
·
Menginginkan pendekatan
yang terbuka, hal-hal yang baru dan kejutan.
Pengertian bahwa
satu sisi otak adalah logis dan sisi lainnya kreatif itu sudah kuno.Kita dapat
sangat kreatif dengan mengikuti dan menggunakan urutan logika, pola, dan
variasi.Misalkan musik.Para periset menemukan bahwa musisi umumnya mengolah
musik pada tingkatan yang lebih besar dalam hemisfer kiri, sementara nonmusisi
memprosesnya lebih banyak mempelajarinya di hemisfer kanan.Paradoks ini
menunjuk pada kompleksitas fungsi otak kita.Dalam kasus ini, karena musisi
cenderung menganalisis musik seperti banyak dilakukan musisi baru, keterlibatan
hemisfer kiri mereka sebenarnya satu tingkat lebih tinggi. Para periset juga
menyatakan bahwa hemisfer kanan lebih diaktivasikan ketika siswa merasa depresi
atau stres, walaupun ada beberapa pengecualian yang terkait dengan gender, dan handedness. Ketika siswa merasakan
optimis yang sehat tentang kehidupan masa depan, maka hemisfer kiri yang lebih
terlibat.
Hellige (Jensen,
2011 : 27) berpendapat bahwa level aktivasi dari hemisfer kanan menetapkan
apakah pengalaman emosional itu positif atau negatif. Terlalu banyak keterlibatan hemisfer kanan dapat
mengakibatkan pengalaman emosional yang negatif, sementara keterlibatan yang
jauh lebih kecil berkorelasi dengan pengalaman emosional yang positif. Ini
menyiratkan bahwa aktivasi heimisfer kiri merupakan suatu luapan dari aktivasi
hemisfer kanan.
Sisi kanan otak
dapat mengintuisikan banyak hal logis.Menggambar, menyusun, dan melukis mungkin
terlihat seperi aktivitas hemisfer kanan, namun para seniman menunjukkan
aktivasi bilateral.Dalam merencanakan artwork,
mereka mengikuti logika mereka sendiri dan mengatur bentuk, warna, dan suara.
Riset otak
terkini memberitahu kita bahwa kita pada umumnya menggunakan kedua sisi otak
pada kebanyakan waktu.Untuk memastikan pembelajaran berlangsung secara optimal,
kita memfasilitasi aktivitas pembelajaran yang mencakup kekuatan dari kedua
hemisfer.Idealnya usaha kita harus difokuskan pada pembelajaran keseluruhan
otak.
Kita memiliki
tinggi rendahnya perhatian sepanjang hari.Salah satu siklus penting otak adalah
sekitar 90 menit.Hemisfer kiri dan kanan pada otak menggantikan siklus
efisiensi (dari spasial tinggi/verbal rendah sampai spasial rendah/verbal
tinggi) setiap 90 sampai 100 menit. Dengan kata lain, siswa beralih dari
dominasi otak kanan ke otak kiri 16 kali sepanjang hari. Secara alamiah, guru
akan lebih kooperatif dan memahami kapan mereka bekerja dengan siswa pada
puncak siklus mereka. Periode rendah alamiah sering berbarengan dengan periode
rendahnya guru, yang dapat menjadi baik atau buruk tergantung pada apakah guru
sadar akan situasi itu. Oleh karena itu pembelajaran itu paling baik bila
terfokus, terdifusi, dan kemudian terfokus lagi.Pembelajaran yang terus
terfokus itu semakin tidak efisien.
2.
Brain Based Learning
Setiap manusia
memiliki otak dengan potensi yang
sama luar biasanya, namun setiap orang menjadi berbeda bergantung pada
bagaimana orang tersebut mengoptimalkan otaknya. Agar otak optimal diperlukan
suatu model pembelajaran yang sesuai dengan struktur dan cara kerja otak diantaranya brain based learning.
Brain based learning
adalah suatu model pembelajaran yang berasal dari satu pemahaman tentang otak. Brain based learning merupakan model
pembelajaran yang berorientasi pada struktur dan cara kerja otak dirancang
secara alamiah untuk belajar. Pembelajaran ini mempertimbangkan bagaimana otak
belajar dengan optimal (Jensen, 2011 : 5-6).
Adapun prinsip-prinsip brain based learning menurut Caine dan
Caine (Rehman dan Bokhari, 2011: 355) adalah:
a.
Otak adalah prosesor
pararel;
b.
Belajar melibatkan
seluruh alat tubuh;
c.
Pencarian makna adalah
bawaan;
d.
Pencarian makna terjadi
melalui pembuatan pola;
e.
Setiap otak memproses
keseluruhan dan bagian-bagian secara serentak;
f.
Emosi sangat penting
untuk pembuatan pola;
g.
Belajar melibatkan baik
pemusatan perhatian maupun persepsi sekeliling;
h.
Belajar selalu
melibatkan baik proses sadar maupun tak sadar;
i.
Kita memiliki (paling
sedikit) dua jenis sistem memori, yaitu spasial dan hafalan;
j.
Otak mengerti dan
memngingat paling baik ketika fakta-fakta dan keterampilan tertanam dalam
memori secara alami;
k.
Pembelajaran
ditingkatkan oleh tantangan dan dihambat oleh ancaman;
l.
Setiap otak adalah
unik.
Ada
beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan prinsip brain based learning karena akan sangat
berpengaruh pada proses pembelajaran, yaitu:
1.
Gerakan fisik
Gerakan
fisik bisa melakukan beberapa hal untuk otak.Pertama, meningkatkan sirkulasi
sehingga saraf-saraf bisa mendapatkan lebih banyak nutrisi dan oksigen.Kedua,
bisa memacu produksi faktor pertumbuhan saraf, hormon yang meningkatkan fungsi
otak.Ketiga, gerakan repetitifgross motor
dapat merangsang produksi dopamin, salah satuneurotransmiter yang meningkatkan
suasana hati (mood).Bila dilakukan
dalam jumlah yang memadai gerakan fisik dapat meningkatkan produksi sel baru di
otak (Jensen, 2011: 50).Sehingga gerakan fisik memang diperlukan dalam
pembelajaran.Kegiatan pembelajaran sebaiknya bukan hanya duduk dan mendengarkan
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru saja.
2.
Relaksasi
Dalam
sebuah studi yangdilakukan pada Stanford
University’s School of Medicine, para periset menetapkan bahwa satu kursus
pelatihan memori itu lebih efektif bila siswa-siswa dalam keadaan rileks
(Jensen, 2011: 68). Untuk mmendapatkan kinerja otak terbaik, perlu ada
istirahat.Jeda untuk melakukan istirahat ini tidak perlu dilakukan dalam waktu
yang lama, cukup beberapa menit untuk menghilangkanketegangan atau stres dalam
kegiatan pembelajaran.Menurut Jensen (2011: 68) pembelajar yang hidup di bawah
beberapa jenis stres, kecemasan atau berada terus menerus berada dalam ancaman
atau tidak mendapatkan istirahatotak yang dibutuhkan untuk fungsi optimal
berakibat pada pembelajaran dan pemikiran yang menjadi lemah.Oleh karena itu,
pada saat pembelajaran di kelas, sebaiknya diberikan waktu kepada siswa untuk
melakukan relaksasi agar mereka merasa nyaman dan tidak jenuh sehingga
diharapkan otak mereka bekerja secara optimal.
3.
Lingkungan
Kondisi
lingkungan mempengaruhi proses pembelajaran. Otak menyerap informasi dari lingkungan
sekeliling, baik pada level sadar maupun tidak sadar. Otak memprioritaskan
rangsangan seperti pencahayaan, unsur-unsur dekoratif, suara dan bau.Penerangan
di dalam kelas harus cukup terang tetapi tidak menyilaukan. Selain itu,
sirkulasi udara di kelas juga harus baik agar terdapat cukup oksigen untuk
pasokan ke dalam otak setiap siswa dan
juga guru. Unsur-unsur ini harus dipertimbangkan dalam perencanaan lingkungan
pembelajaranyang optimal. Hanya dengan instruksi langsung, ingatan akan cepat
merosot, tetapi dengan tambahan lingkungan sekitar, bisa dihasilkan ingatan
tanpa perlu banyak usaha dan bertahan lama (Jensen, 2011: 77).
4.
Musik
Musik
mendatangkan tanggapan emosional, mendorong keadaan reseptif atau agresif dan
merangsang sistem limbik.Sistem limbik dan wilayah subkortikal dari otak
terlibat dalam mendorong respon musikal dan emosional dan juga memediasikan
memori jangka panjang. Ini berarti bahwa ketika informasi diberi imbuhan musik,
ada kemungkinan lebih besar bahwa otak akan mengkodefikasinya dalam memori
jangka panjang (Jensen, 2011: 102).
Riset terbaru mengemukakan bahwa musik menjadi alat yang
hebat dalam membangun kekuatan penalaran, memori dan intelegensi. Guru dapat
menggunakan musik untuk membantu siswa melakukan pendinginan atau pemanasan,
menandai satu momen atau kesempatan
penting atau melakukan penyemangat. Musik juga dapat meningkatkan kenyamanan
siswa dan memberikan rasa bahwa ruang kelas mereka adalah tempat yang
menyenangkan (Jensen, 2011: 103).
5.
Emosi
Menurut
Jensen (2011: 109-110) kemampuan berpikir sangat tergantung pada suasana hati
dan keadaan emosional.Siswa belajar paling baik ketika pikiran, hati, dan tubuh
mereka terlibat.Pengaruh emosi terhadap perilaku itu besar.Emosi yang baik
membuat otak lebihteraktivasi dan terstimulus secara kimia yang membantu untuk
mengingat segala sesuatu secara lebih baik.
6.
Nutrisi
Otak
mempunyai proporsi seperempatpuluh dari total berat tubuh orang dewasa. Namun
demikian, ia menggunakan kira-kira seperlima sirkulasi darah, seperlima pasokan
glukosa yang tersedia dan seperlima oksigen yang kita hirup (Stemberg, 2008:
51).oleh karena itu, guru perlu menanamkan kesadaran kepada siswa agar mereka senantiasa
memperhatikan asupan nutrisi tubuh mereka. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan
air, siswa sebaiknya memiliki akses air minum selama pembelajaran. Siswa bisa
membawa botol air minum ke kelas dan minum selama proses pembelajaran.
7.
Motivasi
Semua
orang memiliki dua sumber motivasi yang berbeda, yaitu yang timbul dari dalam
(intrinsik) dan yang didorong dari luar (ekstrinsik).Siswa memiliki mekanisme
motivasi yang sudah tertanam yang tidak menuntutmasukan atau manipulasi guru
supaya bisa berfungsi.Jika guru menggunakan motivasi dan keingintahuan alamiah
mereka, diharapkan siswa dapat belajar lebih baik dan lebih menyenangkan
(Jensen, 2011: 161).
8.
Pilihan
Menawarkan
pilihan kepada siswa dapat mempengaruhi keterlibatan mereka secara keseluruhan
dan pemahaman tentang materi.Misalnya siswa diberikan kebebasan untuk memilih
teman dalam kelompok.
Adapun tahap-tahap pembelajaran
berdasarkan prinsip brain based
learning menurut Jensen (2011 :
296-299) adalah sebagai berikut:
1.
Pra-paparan
Tahap ini memberikan
kepada otak suatu tinjauan atas pembelajaran baru.sebelum benar-benar
digali.Pra-paparan membantu otak mengembangkan petakonseptual yang baik.
2.
Persiapan
Ini adalah tahap dimana
guru menciptakan keingintahuan atau kegembiraan.
3.
Inisiasi dan akuisisi
Guru memberikan proyek
yang memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuandan pemahaman tentang suatu
materi pelajaran berdasarkan pengalaman belajar yang mereka alami sendiri.
4.
Elaborasi
Ini merupakan tahap
pengolahan yang menuntut pemikiran.Tahap ini merupakan waktu dimana
pembelajaran menjadi bermakna.
5.
Inkubasi dan pengkodean
memori
Tahap ini menekankan
pentingnya waktu tanpa kegiatan (downtime)
dan waktu tinjauan.
6.
Verifikasi dan
pengecekkan kepercayaan.
Pada tahap ini siswa
dievaluasi mengenai materi yang telah dipelajari dan kemudian siswa
menuliskanpendapat mereka tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan.
7.
Selebrasi dan
integrasi.
Pada tahap ini
sangatlah penting untuk melibatkan emosi.Suasana harus dibuat menyenangkan,
ceria dan menggembirakan.
Menurut Sapa’at
(2009) ada tiga strategi utama yang dapat dikembangkan dalam implementasi brain based learning, yaitu:
1.
Menciptakan lingkungan
belajar yang menantang kemampuan berpikir siswa. Dalam setiap kegiatan
pembelajaran, sering-seringlah guru memberikan soal-soal materi pembelajaran
yang memicu kemampuan berpikir siswa.
2.
Menciptakan lingkungan
pembelajaran yang menyenangkan. Hindarilah situasi pembelajaranyang membuat
siswa merasa tidak nyamandan tidak senang terlibat di dalamnya..
3.
Menciptakan situasi
pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa. Siswa sebagai pembelajar
dirangsangmelalui kegiatan pembelajaran untuk dapat membangun pengetahuan
mereka melalui proses belajar aktif yang mereka lakukan sendiri.